.

- HOMEPOPULER ADMIN

Lembah Hitam, Aku Menghamili nya

LEMBAH HITAM - Allah SWT Maha Luas ampunan-NYA. Aku yakin… Allah pasti mendengar setiap desah pengakuan dosaku.  Aku sadar dosaku ini setinggi gunung. Dan aku juga sangat yakin, jika aku mau berubah untuk menjadi yang lebih baik, pasti Allah akan mengampuni dosa ku yang tak terhingga ini.

2012-12-02+13.21.09.jpg

Sejak aku duduk dibangku SMA, aku telah dikenal sebagai anak yang nakal. Beberapa kali aku mendapat teguran dari pihak sekolah tapi aku tak pernah menghiraukan semua itu. Hidupku adalah kebebasanku. Orang tua ku sangat memanjakanku karena aku sendiri anak satu-satunya. Semua tercukupi, semua yang aku inginkan pasti mereka penuhi.

Orangtuaku sangat super sibuk, kadang…. sebagai anak pun aku tak pernah mengenal siapa orangtuaku. Karena aku selalu merasa sendirian tanpa bimbingan mereka. Dari kecil sampai beranjak remaja.

Sekarang sudah masuki bangku kuliah, tak ada yang berubah sedikitpun. Kebebasan masih selalu aku pegang. Sampai suatu saat aku bertemu dengan seorang wanita. Teman sekelasku. Kami sering jalan bareng, bersama-sama menikmati hari. Aku merasa cocok dengannya, mungkin karena hobby kami dan dia sama. Senang berhura-hura.

Waktu demi waktu berjalan, dan kami semakin dekat. Sampai suatu hari dia mengajakku untuk ‘jadian’ . Aku langsung menerimanya walau aku tak yakin apa yang aku rasakan saat ini. Cinta atau sekedar merasa nyaman dengannya.
Tak perlu dia tahu apa sebenarnya yang aku rasa saat itu. Yang pasti sejak itu kami resmi menjadi sepasang kekasih.

Hari demi hari dilewati. Aku rasa dia gadis yang baik. Namun karena pergaulan yang salah yang membuat dia lebih senang hidup didunia malam. Seperti aku. Atau mungkin juga dia mempunyai latar belakang keluarga yang sama denganku.

Setiap hari bersama. Dimana ada dia disana pasti ada aku. Rutinitas sehari-hari yang kami lewati adalah berhura-hura, dugem, clubbing, mabuk, begitulah dan hampir setiap malam. Dan yang paling menyedihkan kami berdua harus di DO dari tempat kuliah kami. Namun tak ada yang menyesali semua itu. Termasuk orangtua Kami.

Hidup tanpa aturan. Dan aku hampir tak tahu arah hidupku seperti apa. Begitupun dengan dia. Sampai suatu hari, aku mendapat kabar kalau dia mengandung dan meminta pertanggungjawaban dariku. Sempat bingung, sempat kalut. Dan aku tak tahu apa yang terjadi. Aku ingin pergi meninggalkan dia. Aku tak ingin menanggung beban dia. Aku tak ingin saat itu menjadi ayah. Kebebasan pasti terenggut. Akhirnya aku sarankan agar dia melakukan aborsi. Namun dia menolaknya.

Tak henti2nya berfikir. Bukan untuk mencari solusi bertanggungjawab atas semua perbuatanku, namun berfikir bagaimana cara aku untuk pergi meninggalkan dia.
Akhirnya pada suatu hari, aku memutuskan untuk pergi dari kota itu. Dan tak seorangpun tahu kemana aku pergi termasuk orangtuaku sendiri.

Didesa ini….desa terpencil. Jauh dari hiruk pikuk kota besar yang dulu jadi tempat tinggalku. Aku hidup sendiri, yaa…inilah resikonya. Tanpa ada hura-hura, mabuk2an atau apalah seperti yang kulakukan dulu. Untuk makanpun aku harus bekerja serabutan. Dan baru ku sadari susahnya hidup. Tapi untuk kembali ke kehidupan aku sebelumnya rasanya tak mungkin.

Aku tak mendengar orangtua atau gadis itu mencariku. Mungkin sangat sulit untuk mereka mencariku disini. Aku benar2 menjadi orang yang terasing.
Sudah sekitar satu tahun aku berada ditempat ini. Seperti orang yang tersembunyi. Seperti narapidana yang kabur dari penjara. Atau seperti para koruptor yang sedang dicari polisi. Atau mungkin lebih dari itu.

Suatu hari, ketika aku sedang bekerja dikebun teh milik orang yang katanya orang paling kaya di desa itu. Aku melihat ada gadis cantik sedang memetik teh. Gadis yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Padahal aku bekerja di kebun itu sudah lumayan lama. Dan entah kenapa setiap aku melihatnya, terasa ada perasaan aneh. Aku tak tahu apa.

Semakin sering melihatnya semakin aku merasa suka. Perasaan yang entah dari mana datangnya. Kadang, aku merasa ingat dengan sosok gadis dulu. Sejak aku tinggalkan tak pernah aku tahu kabar beritanya. Satu tahun yang lalu, mungkin dia sudah melahirkan. Dengan nya aku tak pernah merasakan perasaan seperti ini.

Siang itu, aku putuskan untuk berkenalan dengan nya. Aku sangat senang karena dia mau menerima perkenalanku. Siti namanya. Dan sejak itu kita jadi sering ngobrol bareng. Berbeda dengan gadis yang aku kenal dulu. Siti selalu membahas tentang Islam. Aturan-aturan yang harus kita ikuti. Hidup bukan kebebasan tapi penuh aturan. Aturan bukan untuk membelenggu. Tapi untuk membuat hidup kita terkontrol. Hidup didunia bukan untuk selamanya. Ada kehidupan lain yang harus kita jalani nanti.

Aku semakin tertarik dengan gadis ini. Dia banyak membawa perubahan dalam hidupku. Sekarang aku bisa sholat, sedikit2 aku juga bisa mengaji. Siti yang menyaranku untuk belajar semua itu pada guru agamanya.

Pada suatu hari, aku bermaksud untuk menyatakan perasaanku padanya. Walaupun sulit, berbeda dengan dulu. Aku yang diminta. Sekarang aku harus mencoba untuk mendapatkan cinta dari seseorang yang aku inginkan. Namun, ketika aku menyatakan hal itu pada dia. Dia malah bilang, kalau dia tidak pernah mengenal pacaran. dan yang dia inginkan langsung menuju jenjang pernikahan.

Berjuta-juta pikiran yang mengisi otakku saat itu. Apa aku pantas melamar dia. Gadis yang sangat baik. Bukankah Allah SWT akan memasangkan laki-laki baik dengan seorang perempuan baik. Dan aku….hidupku dimasa lalu sangat kelam. Dan jika Siti tahu bahwa aku pernah menodai gadis lain. Pasti dia marah dan tak akan pernah mau menerimaku.

Namun, aku juga tak pernah bisa menolak perasaan ini. Aku ingin menjadikan dia istri dan ibu dari anak-anakku. Akhirnya aku putuskan untuk menemui orangtua Siti.

Hari itu, aku bermaksud untuk melamarnya. Tanpa ada orangtua, sanak saudara. Dan keluarga Siti juga merasa keheranan. Namun ketika mereka tanya tentang keluarga, aku hanya bisa menjawab, orangtuaku sudah lama meninggal dan aku tak punya sanak keluarga. Alasan yang sebenarnya patut untuk ditolak. Namun aku melihat keluarga gadis itu sangat kooperatif dan bijaksana. Mereka memberikan keputusan  sepenuhnya pada anaknya. Dan tak diduga Siti menerima lamaranku.

Memang sulit diduga, apa yang membuat Siti menerima lamaranku. Dia tahu betul aku orang yang buta agama. Apalagi kalau dia tahu masa laluku sekelam apa. Namun ku yakin gadis ini seseoarang yang Allah SWT kirimkan untukku untuk menjemput Hidayah-NYA.

Singkat cerita, Kamipun menikah. Aku yang hanya sebagai buruh di kebun teh itu dan Siti sebagai pemetik teh. Namun kami bahagia. Walaupun hidup Kami sangatlah pas2an. Siti sering memberikan aku ilmu agama. Dan aku semakin merasa hidupku jauh lebih baik dari sebelumnya. Siti mengajariku cara mengenal-NYA, mencintai-NYA. Dan kurasa itulah hal paling indah. Aku tak pernah mengenal Robbku selama ini.

Tiga tahun kami menikah, musibah yang sama selalu datang. Istriku selalu keguguran. Sudah dua kali istriku mengandung tapi selalu keguguran. Mungkin Yang Maha Kuasa belum mempercayakan aku untuk menjadi seorang Ayah. Padahal aku sangat mendambakannya.

Pernah suatu hari, Istriku mengabariku bahwa dia sudah mengandung lagi. Ini yang ketiga kalinya dan aku berharap tak akan terjadi peristiwa itu lagi. Namun, setelah usia kehamilan menginjak dua bulan, lagi-lagi peristiwa itu datang. Terkadang aku merasa apa aku tak pantas menjadi seorang Ayah. Pertanyaan yang bodoh sebenarnya bila aku mengingat peristiwa dulu.

Menerawang ke kejadian dulu. Saat aku tahu bahwa gadis dimasa lalu mengandung benihku. Dan aku menyuruhnya menggugurkannya. Aku malah menyia2kannya. Aku malah pergi. Aku malah hilang. Dan sekarang aku malah berharap aku menjadi seorang Ayah. “Robb…apakah ini tebusan dari dosa-dosaku itu?”bisikku dalam hati.

Sejak pernikahan aku dengan istriku, aku tak pernah jujur dengan keadaanku. Aku memang mencintainya dan aku tak pernah ingin mempermainkannya. Hanya ketakutan saja yang membuat aku tak bisa jujur. Namun hari itu, aku akan berusaha untuk mengatakan apa yang tersimpan rapi selama ini.

Suatu malam, ketika keadaan rumah sangat hening, aku mencoba mengajak berbicara istriku. Aku sempat bingung harus memulai dari mana. Istriku orang yang sabar, dia seolah mengetahui apa yang ada dalam pikiranku saat itu.
“Kalau belum siap berbicara, mendingan jangan…”begitu katanya.
Namun, aku tak sanggup menahan beban ini lagi sendiri. Dan akhirnya aku ceritakan semua tentang masa laluku.

Setelah kuceritakan, istriku sempat terlihat marah, wajar kufikir. Satu hal, aku tak berniat untuk membohonginya. Sudah kujelaskan kalau ini hanya sebuah ketakutan.

Beruntung aku mempunyai istri yang sangat bijaksana. Siti menyarankanku untuk menemui gadis itu. Dan meminta maaf pada orangtuaku. Cukup sulit bagiku. Namun harus aku lakukan. Berat sekali hidupku saat itu. Tapi lebih berat lagi jika aku memikirkan murka-MU Ya Robb..

Akhirnya hari itu aku pergi ke kota tempat tinggalku dulu. Kota yang bertahun-tahun tak pernah aku singgahi. Aku bawa istriku ke kota ini. Tempat pertama yang aku datangi adalah orangtuaku. Ketika kuinjakan kaki dirumah. Ada sesuatu rasa yang sulit dijabarkan. Hanya aku yang tahu.

Masih….masih seperti dulu, tapi ada satu hal yang berubah. Orangtuaku. Perubahan yang cukup luar biasa. Mereka tampak lebih religius. Ibuku…dia sekarang sudah memakai jilbab, tampak cantik, sangat cantik. Ayahku…tampak jauh lebih bijaksana. Entah apa yang merubah mereka. Yang jelas Hidayah-MU sungguh luar biasa Robb…

Tak henti2nya air mata ini mengalir meminta maaf pada mereka. Aku bukan anak yang baik. Bukan anak harapan orangtua. Namun aku akan berubah. Benar kata orang…orangtua adalah gudang maaf.

Permasalahan satu sudah terselesaikan. Dan ada masalah lain yang lebih sulit untuk aku lakukan. Menemui gadis itu. Gadis yang sudah aku sakiti.

Hari itu, aku berniat untuk menemuinya. Mudah2an masih dengan alamat rumah yang sama. Karena memang sudah beberapa tahun yang lalu aku meninggalkannya. Aku pergi dengan orangtua dan istriku. Tiba dirumah itu…terlihat dari luar sangat sepi. Kufikir mereka sudah tak disana lagi. Namun aku coba untuk mencari tahu.
Kuketuk pintu dan yang muncul pembantunya. Setelah aku tanyakan apakah gadis itu masih tinggal disini. Dia tak menjawab. Sempat aku bingung, namun aku tanya lagi orangtua gadis itu apa masih tinggal disana atau tidak. Ternyata masih, tapi saat itu orangtunya sedang di luar kota dan akan kembali sekitar tiga hari lagi.

Selama waktu itu, pikiranku benar-benar kalut, namun istriku selalu memberikan dukungan agar aku pasrah dan sabar. Mudah2an Allah SWT sudah mencatat niat baik aku.

Tiga hari berlalu…saatnya aku menemui keluarga gadis itu lagi. Tiba dirumahnya. Kuketuk pintu dan sekarang yang muncul Ayah gadis itu. Setelah memperkenalkan diri, beliau sempat naik pitam, memarahi, menyumpahiku, segala yang terburuk yang ada adalah aku.

Aku hanya bisa terdiam, mungkin dimatanya aku memanglah seperti itu. Namun, orangtuaku bisa meredakan emosinya. dan akhirnya beliaupun menceritakan kisah anaknya setelah aku pergi.

Gadis itu berusaha melahirkan anakku. Namun sayang anak yang dia lahirkan harus meninggal sebelum dia tahu isi dunia. Dan sang ibu dia mengalami depresi berat dan harus masuk rumah sakit jiwa. Namun tak lama di rumah sakit, sang Ibu yang tak lain adalah gadis itu juga harus menyusul anaknya karena dia bunuh diri.

Perih rasanya hati ini….jika aku bisa menebus semua dengan nyawaku pasti akan aku lakukan. Jika dia masih hidup, aku tak tahu apa masih ada ruang kosong untuknya memaafkanku.

Aku memohon pada orangtuanya untuk terakhir kali untuk aku bisa melihat pusaranya. Dan orangtuanyapun mengijinkan aku untuk menemui dia walaupun hanya tinggal pusara. Setelah diberi tahu aku langsung pergi ke tempat peristirahatan terakhirnya.

eimg_0884.jpg?w=384&h=576

Diatas pusara itu aku melihat kondisi si sekitar makam yang sangat bersih dan sangat terawat . Aku meminta ijin kepada istri dan orangtuaku untuk sendiri saja ke pusara itu.


Masih diatas pusara gadis itu, gadis yang aku sakiti, gadis yang aku sia2kan, gadis yang aku tak tahu lagi harus menyebutnya apa..tak banyak kata yang bisa aku lontarkan. Hanya ada air mata dan penyesalan, hanya ada niat yang tulus untuk aku bisa merubah hidupku. Hanya kata maaf dan doa yang bisa aku sampaikan. Semoga dia disana tenang dan selalu berada dalam pelukan-NYA. Dan semoga Sang Maha Pemberi Maaf mengampuni dosa2ku.

15 Responses to "Lembah Hitam, Aku Menghamili nya"

  1. Saya tidak tahu ini kisah nyata atau rekayasa,, yang pasti sangat mengharukan, terkadang kita memang sangat terlambat untuk meminta maaf, tetapi Allah selalu memberikan kesempatan untuk bertaubat.. dan itulah makna Sang Maha Penyayang..

    BalasHapus
  2. Ceritanya sedih ini post tentang apa sob, so tidak ada kategori, ya puisi atau kisah nyata.

    BalasHapus
  3. cuma cerpen sob..

    BalasHapus
  4. Cerpen yang bagus sob

    BalasHapus
  5. Menarik sob
    Jika brknan mampir yaa

    BalasHapus
  6. Kumpulan Cerita dan Kisah26 Desember 2015 pukul 07.02

    Secret Of Darkness tuh. . .
    Ceritanya menginspirasi kang. Top lah, mantabz.

    BalasHapus
  7. @Siti robiatun,
    pasti mba.

    BalasHapus
  8. @Kumpulan Cerita dan Kisah,
    menginspirasi untuk Menghamili orang ? top dech

    BalasHapus
  9. Benar-benar menyentuh dan kena.

    BalasHapus
  10. postingan yang bagus, komentarjuga ya ke blog saya www.belajarbahasaasing.com

    BalasHapus

Berkomentarlah sesuai topik post di atas. Komentar copy paste, spam akan kami hapus !!